Bagaimana
sejarah asal-usul awal berdirinya Tapak Suci? Ternyata jejak sejarahnya
sudah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan lahirnya Kiai Haji Busyro
Syuhada.Kiai besar ini dikenal sebagai pendekar silat aliran banjaran
yang selalu berjuang melawan Belanda.Semangat perjuangan beliau
hendaknya diwarisi pesilat Tapak Suci sekarang.
Sebuah
Pondok pesantren yang terletak di suatu tempat di Banjarnegara, Jawa
Tengah, Seorang pengasuhnya KH Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang
putra yang diberi nama Ibrahim.
Ibrahim
setelah tumbuh remaja menampakkan karakter suka berkelahi. KH. Syuhada
sangat mengkhawatirkan ulah putranya karena dapat melahirkan dampak
negatif bagi nama baiknya.Tetapi dengan sangat bijaksana KH. Syuhada
memliki pemikiran yang sangat bagus. Ibrahim kemudian dikurung
berbulan-bulan di ”Kandang ayam” untuk menerima ilmu agama Islam dari
ayahandanya. Seiring dengan pendalaman agama Islam, Ibrahim juga
mengasah ketrampilan berkelahinya dengan ketrampilan silat. Dengan di
dorong tekad anak muda yang luarbiasa, ibrahim tumbuh menjadi Pendekar
tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu.
Bakat luar biasa Ibrahim ditunjukkan pertama kali, tatkala bentrok dengan seorang Bule Nederland
di keramaian wayang seorang Cina “Djin Sang”. Dengan kemampuan silatnya
yang piawai, Ibrahim berhasil lolos dari kepungan Tentara Belanda.
Sejak saat itu Ibrahim dinyatakan buronan tentara Belanda. Ibrahim
sendiri kemudian bersembunyi di rumah KH. Ali Penatus Binorong sekaligus
meminang putri KH. Ali yang kemudian mendirikan Pondok Pesantren
Binorong. Diantara santri-santrinya adalah Achmat [Adik misan], M. Yasin
[Adik kandung] dan Soedirman.
Dalam
persembunyiannya itu, Ibrahim berhasil menyaru untuk menunaikan ibadah
Haji dan kemudian Bergelar menjadi KH. Busyro Syuhada. Tetapi tidak
urung berapa lama, penyamaran Ibrahim diketahui oleh tentara Belanda dan
kemudian menyerbu Pondok Pesantren Binorong. Dengan nama KH. Busyro
syuhada yang tetap dipakainya, dibawa dalam pelariannya hingga Singapura
kemudian kembali ke Jawa.
Dalam
masa penyamaran KH. Busyro Syuhada di tanah Jawa, secara bersamaan
santri Achyat pulang dari menunaikan Haji dan bergelar menjadi KH.
Burhan. Kemampuan silat KH. Burhan tidak kalah bagusnya dari gurunya.
KH. Burhan sendiri adalah putra dari KH. Hasbi, teman dekat KH. Ahmad
Dahlan, Pendiri Muhammadiyah. Teman dekat inilah yang kemudian
Mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1929 di Banjarnegara. Santri M. Yasin
sendiri setelah ber-Haji memakai nama KH. Abu Amar Syuhada, juga
seorang pendekar silat yang mempuni. Sedang Soedirman telah tumbuh
menjadi pendekar sekaligus tentara yang berbakti kepada Republik Indonesia, yang kemudian hari bahkan menjadi Panglima Besar Soedirman.
Pada Konfrensi Pemuda Muhammadiyah tahun 1921 di Yogyakarta,
bertemulah KH. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan
Muhamad Wahib. Dalam kesempatan itu terjadi adu ilmu silat antara M.
Wahib, M. Burhan dan A. Dimyati, dengan pengakuan yang tulus kemudian
mengangkat KH. Busyro Syuhada sebagai guru. Di kemudian hari, bekal
ketekunan A. Dimyati dan M. Wahib dalam tempo sembilan bulan dapat
mewarisi ilmu silat dari KH. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di
Kauman.
Cikauman, Seranoman dan Kosegu
Menurut
kesaksian Moh Bazhar Marzuki dulunya kampung Kauman memiliki berbagai
aliran pencaksilat, diantaranya aliran Karomah, Asmaul Husna, Mujarobat,
Kejawen dan Aliran Banjaran [yang dibawa oleh KH. Busyro Syuhada] yang
berintikan ilmu Batin dan Dhohir. Berbagai aliran itu saling
memperebutkan murid-muridnya.
Atas
restu pimpinan Pondok Pesantren Binorong, sekaligus Pendekar Besar, KH.
Busyro Syuhada, memberi wewenang kepada Pendekar Besar binaan M. Wahib,
membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan
pada tahun 1925 itu diberi nama perguruan Pencak Silat “Cikauman”. Yang
beraliran Banjaran. Pendekar Besar M. Wahib dan A. Dimyati menjadi
pengasuhnya, yang kemudian memberi ciri landasan alirannya dengan jiwa
Islam dan Kebangsaan yang sangat kuat.
Pelajaran
yang diberikan secara metodis dinamis dan rasionalis itu berbentuk 15
jurus, 8 kembangan dan ke-Tauhid-an. Kehadiran Perguruan Cikauman
menjadikan perguruan lain yang ada di Kauman surut dan banyak siswa yang
pindah tempat. Murid pertama [1] yang dapat diandalkan adalah M.
Djuraimi, kemudian lahir murid kedua [2] M. Syamsudin [laisi] yang juga
macan Sepak Bola “JOR” HW. Murid kedua ini bahkan mampu memiliki jurus
andalannya, ialah Jurus Katak, Lembujantan dan Terkaman Harimau Lapar.
M.Syamsudin
yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M. Wahib diangkat sebagai
pembantu utama dan diizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan
perguruan pencak silat “Seranoman”.Tetapi sebelumnya perguruan Cikauman
menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus Baru menjadi
murid di Seranoman.
Perguruan
Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus
menjalani pendidikan di Cikuman. Moh. Zahid yang juga menjadi murid
ketiga [3] bahkan berhasil juga mengembangkan pencak silat yang
berintikan kecepatan, kegesitan dan ketajaman gerak. Kemudian meletakkan
dasar-dasar baru dalam metode pembinaan pencak silat secara mudah dan
cepat di pelajari secara massal. Tetapi murid ke tiga ini pada tahun
1948, Wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan
perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh Barie Irsjad.
Perguruan
Cikauman mesih melahirkan murid ke empat [4] M. Djami’at Dhalhar yang
juga pemain sepak bola Nasional, M. Wasthon Sujak dan Bakir Ordus. Di
tengah-tengah berkiprahnya para pewaris aliran Banjaran ini, Pendekar
Besar KH. Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatulloh pada bulan Ramadhan
1942.
Pendekar
besar KH. Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya
perwira jepang, Makino, Pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya
dengan pencaksilat andalanya. Makino mengakui kekurangannya dan
menyatakan menjadi murid Cikauman sekaligus menyatakan masuk Islam
kemudian berganti nama menjadi Omar Makino.
Pada tahun 1948 pendekar besar KH. Burhan gugur bersama 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta.
Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan silat Cikuman untuk
beberapa saat berhenti kegiatanya dan tidak menampakkan akan muncul
lagi.
Pendekar
Moh Barie Irsjad sebagai murid keenam [6] yang dinyatakan lulus dari
tempaan ujian pendekar M. Zahid, M. Syamsudin, M. Wahib dan A. Dimyati
kemudian dalam perkembangan berikutnya bersama Pemuda Muhammadiyah
mendirikan perguruan pencak silat “Kasegu”.
Pendekar
Moh Barie Irsjad sebagai pimpinan “Kosegu” terkenal dengan sebutan
“Badai Selatan” yang berlokasi di Kauman bagian selatan. Disebabkan di
bagian timur Kauman telah berdiri pula perguruan pencak silat yang
beraliran ilmu hitam. Atas restu Pendekar Besar M. Wahib, Pendekar Barie
di perkenankan menantang jagoan ilmu hitam dengan taruhan siapa yang
kalah harus hengkang keluar kampung Kauman. Pertarungan di selenggarakan
oleh Pemuda Muhammadiyah di ranting kauman itu, dilakukan di pelataran
masjid Besar Kauman pada Jum’at malam 25 Mei 1951. Pertarungan aliran
Banjaran dan ilmu hitam terjadi sangat seru, dimenangkan oleh Moh Barie.
Lahirnya Tapak Suci.
Moh
Barie Irsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran banjaran
yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan,
disatukan kembali ke wadah tunggal. Tetapi
rintisan yang dilakukan di tahun 1963 itu, ditentang oleh pendekar yang
terlebih dahulu eksis karena pertimbangannya, sangat tidak layak
pendekar muda seperti Moh Barie mengatur semuanya.
Tetapi
karena dipicu oleh kebutuhan mendesak dengan munculnya lawan-lawan baru
di luar kampung Kauman yang diperlihatkan oleh PKI, banyak sesepuh
Banjaran yang merestui gagasan Moh Barie. Tetapi sebelumnya; Moh Barie
harus menerima tantangan pertarungan dari pendekar lain aliran Banjaran,
M. Juraimi. Pertarungan dengan mengandalkan jurus-jurus andalan
masing-masing. Moh Barie mengandalkan permainan tengah dan Naga,
M.Juraimi menggunakan permainan Slewah dan Cangkol. Ternyata keduanya
tidak ada yang keluar sebagai pemenang, oleh sesepuh Abu Amar Syuhada
dan M. Syamsudin dinyatakan seri.
Setelah
semua menyaksikan adu keadilan yang sangat demokratis itu, Pendekar M.
Wahib mengutus tiga orang muridnya, dan M. Syamsudin mengirim dua orang
muridnya untuk bergabung. Dengan formasi seorang pendekar bersama
sembilan anak murid menyiapkan perangkat organisasi dan membentuk dua
tim kerja. Tim organisasi diketuai oleh Irfan Hadjam dan tim perguruan
diketuai oleh Moh Rustam Djundab. Hasil perumusan di sepakati perguruan
pencak silat “Tapak Suci Putra Muhammadiyah”.
Dasar-dasar
perguruan Cikauman yang dirancang oleh Moh Barie Irsjat, Moh Rustam
Djundab dan Moh Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab, Do’a
dan Ikrar disusun oleh H.Djarnawi Hadikusuma. Sedang lambang Anggota
diciptakan oleh Suharto Suja’. Lambang regu inti “Kosegu” diciptakan A.
adib Hamzah.Sedang bentuk dan Warna Pakaian dibuat oleh Moh Zundar
Wiesman dan Anis Susanto. Tanggal 31 juli 1963 [10 Robiul Awal 1383 H] Ditetapkan sebagai hari lahirnya Perguruan Tapak Suci Putra Muhammadiyah
sumber: http://tapaksuciumy.multiply.com/journal/item/6/Pengembaraan-Silat-Perguruan-Tapak-Suci?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar