Sabtu, 22 September 2012

sejarah Tapak Suci

Bagaimana sejarah asal-usul awal berdirinya Tapak Suci? Ternyata jejak sejarahnya sudah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan lahirnya Kiai Haji Busyro Syuhada.Kiai besar ini dikenal sebagai pendekar silat aliran banjaran yang selalu berjuang melawan Belanda.Semangat perjuangan beliau hendaknya diwarisi pesilat Tapak Suci sekarang.
            Sebuah Pondok pesantren yang terletak di suatu tempat di Banjarnegara, Jawa Tengah, Seorang pengasuhnya KH Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putra yang diberi nama Ibrahim.
            Ibrahim setelah tumbuh remaja menampakkan karakter suka berkelahi. KH. Syuhada sangat mengkhawatirkan ulah putranya karena dapat melahirkan dampak negatif bagi nama baiknya.Tetapi dengan sangat bijaksana KH. Syuhada memliki pemikiran yang sangat bagus. Ibrahim kemudian dikurung berbulan-bulan di ”Kandang ayam” untuk menerima ilmu agama Islam dari ayahandanya. Seiring dengan pendalaman agama Islam, Ibrahim juga mengasah ketrampilan berkelahinya dengan ketrampilan silat. Dengan di dorong tekad anak muda yang luarbiasa, ibrahim tumbuh menjadi Pendekar tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu.
            Bakat luar biasa Ibrahim ditunjukkan pertama kali, tatkala bentrok dengan seorang Bule Nederland di keramaian wayang seorang Cina “Djin Sang”. Dengan kemampuan silatnya yang piawai, Ibrahim berhasil lolos dari kepungan Tentara Belanda. Sejak saat itu Ibrahim dinyatakan buronan tentara Belanda. Ibrahim sendiri kemudian bersembunyi di rumah KH. Ali Penatus Binorong sekaligus meminang putri KH. Ali yang kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong. Diantara santri-santrinya adalah Achmat [Adik misan], M. Yasin [Adik kandung] dan Soedirman.
            Dalam persembunyiannya itu, Ibrahim berhasil menyaru untuk menunaikan ibadah Haji dan kemudian Bergelar menjadi KH. Busyro Syuhada. Tetapi tidak urung berapa lama, penyamaran Ibrahim diketahui oleh tentara Belanda dan kemudian menyerbu Pondok Pesantren Binorong. Dengan nama KH. Busyro syuhada yang tetap dipakainya, dibawa dalam pelariannya hingga Singapura kemudian kembali ke Jawa.
            Dalam masa penyamaran KH. Busyro Syuhada di tanah Jawa, secara bersamaan santri Achyat pulang dari menunaikan Haji dan bergelar menjadi KH. Burhan. Kemampuan silat KH. Burhan tidak kalah bagusnya dari gurunya. KH. Burhan sendiri adalah putra dari KH. Hasbi, teman dekat KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah. Teman dekat inilah yang kemudian Mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1929 di Banjarnegara. Santri M. Yasin sendiri setelah ber-Haji memakai nama KH. Abu Amar Syuhada, juga seorang pendekar silat yang mempuni. Sedang Soedirman telah tumbuh menjadi pendekar sekaligus tentara yang berbakti kepada Republik Indonesia, yang kemudian hari bahkan menjadi Panglima Besar Soedirman.
            Pada Konfrensi Pemuda Muhammadiyah tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah KH. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhamad Wahib. Dalam kesempatan itu terjadi adu ilmu silat antara M. Wahib, M. Burhan dan A. Dimyati, dengan pengakuan yang tulus kemudian mengangkat KH. Busyro Syuhada sebagai guru. Di kemudian hari, bekal ketekunan A. Dimyati dan M. Wahib dalam tempo sembilan bulan dapat mewarisi ilmu silat dari KH. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman.

Cikauman, Seranoman dan Kosegu
            Menurut kesaksian Moh Bazhar Marzuki dulunya kampung Kauman memiliki berbagai aliran pencaksilat, diantaranya aliran Karomah, Asmaul Husna, Mujarobat, Kejawen dan Aliran Banjaran [yang dibawa oleh KH. Busyro Syuhada] yang berintikan ilmu Batin dan Dhohir. Berbagai aliran itu saling memperebutkan murid-muridnya.
            Atas restu pimpinan Pondok Pesantren Binorong, sekaligus Pendekar Besar, KH. Busyro Syuhada, memberi wewenang kepada Pendekar Besar binaan M. Wahib, membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama perguruan Pencak Silat “Cikauman”. Yang beraliran Banjaran. Pendekar Besar M. Wahib dan A. Dimyati menjadi pengasuhnya, yang kemudian memberi ciri landasan alirannya dengan jiwa Islam dan Kebangsaan yang sangat kuat.
            Pelajaran yang diberikan secara metodis dinamis dan rasionalis itu berbentuk 15 jurus, 8 kembangan dan ke-Tauhid-an. Kehadiran Perguruan Cikauman menjadikan perguruan lain yang ada di Kauman surut dan banyak siswa yang pindah tempat. Murid pertama [1] yang dapat diandalkan adalah M. Djuraimi, kemudian lahir murid kedua [2] M. Syamsudin [laisi] yang juga macan Sepak Bola “JOR” HW. Murid kedua ini bahkan mampu memiliki jurus andalannya, ialah Jurus Katak, Lembujantan dan Terkaman Harimau Lapar.
            M.Syamsudin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M. Wahib diangkat sebagai pembantu utama dan diizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan pencak silat “Seranoman”.Tetapi sebelumnya perguruan Cikauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus Baru menjadi murid di Seranoman.
            Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di Cikuman. Moh. Zahid yang juga menjadi murid ketiga [3] bahkan berhasil juga mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan, kegesitan dan ketajaman gerak. Kemudian meletakkan dasar-dasar baru dalam metode pembinaan pencak silat secara mudah dan cepat di pelajari secara massal. Tetapi murid ke tiga ini pada tahun 1948, Wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh Barie Irsjad.
            Perguruan Cikauman mesih melahirkan murid ke empat [4] M. Djami’at Dhalhar yang juga pemain sepak bola Nasional, M. Wasthon Sujak dan Bakir Ordus. Di tengah-tengah berkiprahnya para pewaris aliran Banjaran ini, Pendekar Besar KH. Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatulloh pada bulan Ramadhan 1942.
            Pendekar besar KH. Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira jepang, Makino, Pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencaksilat andalanya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Cikauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino.
            Pada tahun 1948 pendekar besar KH. Burhan gugur bersama 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan silat Cikuman untuk beberapa saat berhenti kegiatanya dan tidak menampakkan akan muncul lagi.
                Pendekar Moh Barie Irsjad sebagai murid keenam [6] yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian pendekar M. Zahid, M. Syamsudin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya bersama Pemuda Muhammadiyah mendirikan perguruan pencak silat “Kasegu”.
            Pendekar Moh Barie Irsjad sebagai pimpinan “Kosegu” terkenal dengan sebutan “Badai Selatan” yang berlokasi di Kauman bagian selatan. Disebabkan di bagian timur Kauman telah berdiri pula perguruan pencak silat yang beraliran ilmu hitam. Atas restu Pendekar Besar M. Wahib, Pendekar Barie di perkenankan menantang jagoan ilmu hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus hengkang keluar kampung Kauman. Pertarungan di selenggarakan oleh Pemuda Muhammadiyah di ranting kauman itu, dilakukan di pelataran masjid Besar Kauman pada Jum’at malam 25 Mei 1951. Pertarungan aliran Banjaran dan ilmu hitam terjadi sangat seru, dimenangkan oleh Moh Barie.

Lahirnya Tapak Suci.
            Moh Barie Irsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali  ke wadah tunggal. Tetapi rintisan yang dilakukan di tahun 1963 itu, ditentang oleh pendekar yang terlebih dahulu eksis karena pertimbangannya, sangat tidak layak pendekar muda seperti Moh Barie mengatur semuanya.
            Tetapi karena dipicu oleh kebutuhan mendesak dengan munculnya lawan-lawan baru di luar kampung Kauman yang diperlihatkan oleh PKI, banyak sesepuh Banjaran yang merestui gagasan Moh Barie. Tetapi sebelumnya; Moh Barie harus menerima tantangan pertarungan dari pendekar lain aliran Banjaran, M. Juraimi. Pertarungan dengan mengandalkan jurus-jurus andalan masing-masing. Moh Barie mengandalkan permainan tengah dan Naga, M.Juraimi menggunakan permainan Slewah dan Cangkol. Ternyata keduanya tidak ada yang keluar sebagai pemenang, oleh sesepuh Abu Amar Syuhada dan M. Syamsudin dinyatakan seri.
            Setelah semua menyaksikan adu keadilan yang sangat demokratis itu, Pendekar M. Wahib mengutus tiga orang muridnya, dan M. Syamsudin mengirim dua orang muridnya untuk bergabung. Dengan formasi seorang pendekar bersama sembilan anak murid menyiapkan perangkat organisasi dan membentuk dua tim kerja. Tim organisasi diketuai oleh Irfan Hadjam dan tim perguruan diketuai oleh Moh Rustam Djundab. Hasil perumusan di sepakati perguruan pencak silat “Tapak Suci Putra Muhammadiyah”.
            Dasar-dasar perguruan Cikauman yang dirancang oleh Moh Barie Irsjat, Moh Rustam Djundab dan Moh Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab, Do’a dan Ikrar disusun oleh H.Djarnawi Hadikusuma. Sedang lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja’. Lambang regu inti “Kosegu” diciptakan A. adib Hamzah.Sedang bentuk dan Warna Pakaian dibuat oleh Moh Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Tanggal 31 juli 1963 [10 Robiul Awal 1383 H] Ditetapkan sebagai hari lahirnya Perguruan Tapak Suci Putra Muhammadiyah
 
sumber:  http://tapaksuciumy.multiply.com/journal/item/6/Pengembaraan-Silat-Perguruan-Tapak-Suci?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar